You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Desa Kukuh
Desa Kukuh

Kec. Marga, Kab. TABANAN, Provinsi BALI

Ulun Danu Kukuh

Administrator 25 Oktober 2024 Dibaca 15 Kali
Ulun Danu Kukuh

Desa Kukuh, Kecamatan Marga, Tabanan, tak hanya punya hutan Alas Kedaton sebagai ikon desa. Desa di perbatasan antara Kecamatan Marga dengan Kecamatan Kediri ini juga punya danau kecil yang biasa disebut Ulun Danu Kukuh.

“Danu ini bisa dikembangkan menjadi obyek wisata, setidaknya untuk rekreasi mancing,” kata Perbekel Kukuh, Marga, Made Sugianto.

Ulun Danu Kukuh merupakan embung desa seluas 25 are yang ada di hulu desa. Sementara di teben atau hilir ada hutan Alas Kedaton. Ditinjau dari lokasi, unik karena ada di ulu dan teben desa. Air di hulu untuk kehidupan warga dan menopang ketersediaan air di persawahan yakni Subak Saih seluas 66,5 are.

Air di areal Ulun Danu Kukuh juga dimanfaatkan untuk air minum di Rindam IX/Udayana. Apa hubungannya dengan hutan Alas Kedaton?

“Akar-akar pohon berfungsi mengamankan air agar Desa Kukuh senantiasa subur. Mungkin demikian maksud tetua desa membangun embung di hulu dan menanam ratusan pohon di teben desa,” kata Sugianto sebagaimana ditulis dalam rubrik Perbekel Menulis di tatkala.co.

Berpuluh-puluh tahun Ulun Danu Kukuh menjadi andalan krama Subak untuk pengairan. Ke depan, Ulun Danu Kukuh sangat potensial untuk tempat rekreasi keluarga. Saat ini banyak pemancing yang menghibur diri di Ulun Danu Kukuh. Dengan sentuhan dana desa dan dukungan masyarakat, niscaya Ulun Danu Kukuh akan banyak dikunjungi sebagai tempat rekreasi.

“Kami tak muluk-muluk pasang target wisatawan asing karena dunia masih ‘tertutup’. Kenapa bukan warga sendiri atau desa tetangga berlibur di sini. Sesekali ayo kita jadi turis di negeri sendiri. Kalau bukan kita mengangkat derajat desa, siapa lagi?” katanya.

Apa kelebihan Ulun Danu Kukuh?

Kata Made Sugianto, pemandangannya bagus, di sisi barat ada terasering persawahan. Di utara ada permandian umum berupa pancuran, juga ada lahan untuk kemah. Sementara di sisi timur embung desa sudah dicaplok vila. Di selatan, ada dua air terjun, pancuran dedari, Pura Beji dengan air berkhasiat obat, dan Pura Ulun Danu Kukuh dengan segudang misteri.

“Jika salah satu dari sesaji berupa beras, beras hitam (injin), dan ketan raib di palinggih, pertanda buruk bagi pertanian. Terbukti dengan adanya serangan hama tikus, kekeringan, maupun serangan hama lainnya. Beras, injin, dan ketan selalu dicek oleh pamangku setiap bulan Purnama,” ujarnya.

Di jaba tengah ada jineng atau lumbung padi. Hampir tiap hari ada seikat padi yang ditaruh oleh petani di bawah jineng. Entah petani siapa yang menghaturkan padi itu. Maka pamangku atau kelian pamaksan punya tugas menaikkan padi itu ke dalam lumbung.

“Setahun sekali padi dijadikan beras untuk modal pujawali setiap Purnama Kapat. Petani menghaturkan padi sebagai tanda syukur, berhasil panen di sawah,” katanya.